Aikmel, Bekerja sama dengan Forum Diskusi Puisi ‘Wirid Simsalabim’, pengurus Perpustakaan Desa (PERPUSDes) Aikmel Semesta, mengisi ruang Aula Kantor Desa dengan kegiatan Literasi. Kegiatan literasi ini disebut Wirid Rabuan, yang diadakan oleh Forum Diskusi Puisi ‘Wirid Simsalabim’. Dalam kegiatan tersebut Perpustakaan Semesta mengajak pecinta alam yang terhimpun lewat beberapa organisasi (GAPALA Rinjani, SEMPARA Lombok Timur, dan GEMPAR) untuk menata cinta terhadap alam, terlebih khususnya ekosistem hutan di sekitar Aikmel.

Menata cinta yang dimaksud dalam kegitan diskusi publik itu adalah bagaimana menumbuhkan empati yang lebih intens dan efektif terhadap lingkungan sekitar, atau alam lebih umumnya. Forum Diskusi Puisi ‘Wirid Simsalabim’ mendatangkan seorang penyair Lombok kelahiran Ampenan, Kota Mataram, Kiki Sulistyo.

“Diskusi ini kerja kolektif dari Perpustakaan Desa Aikmel dengan Forum Diskusi Puisi ‘Wirid Simsalabim’ sebagai cara kami (pengurus PERPUSDes Aikmel) mewadahkan pemuda-pemuda Aikmel dalam memperkembangkan Literasi di Aikmel ini,” jelas Pauzan Azima selaku Pengurus PERPUSDes Aikmel saat membuka diskusi, 28 Desember 2022.

Dari penjelasan pengurus PERPUSDes Aikmel, diskusi publik bertajuk Wirid Rabuan yang diadakan di Aula Kantor Desa Aikmel itu diskusi kelima yang diadakan Forum Diskusi Puisi ‘Wirid Simsalabim’. “Wirid Rabuan 5 ini mengambil tema Puisi, Musik dan Alam dikarenakan latar belakang bakat pemuda-pemuda Aikmel lebih merujuk Seni Musik dan Pecinta Alam,” imbuhnya.

Kegiatan diskusi publik itu diapresiasi juga oleh Kepala Desa Aikmel, Ir. Sunarno Sabirhan. “Tentu saja, keberadaan PERPUSDes Aikmel untuk membumikan literasi di desa Aikmel ini. Itu sebabnya perpustakaan ini dinamakan Semesta. Menybarkan ilmu pengetahuan seluas-luasnya,” ucap Kepala Desa Aikmel dalam sambutannya.

Kemudian diskusipun dimulaikan. Fokus pembahasan diskusi publik ini memperkenalkan para pecinta alam dan musisi di Aikmel dengan puisi. Bahwasanya, puisi mampu menghidupkan empati yang intens dan sangat membantu menumbuhkan cinta secara implementasi yang dibarengi dengan keintensitas jiwa terhadap objek alam itu secara subjektivitas.

“Puisi, dengan caranya sendiri, mampu membentuk empati kita terhadap alam sangat subjektif. Dengan keadaan rasa yang subjektif itu, alam dirawat dengan sukahati,” kata pemateri diskusi, Kiki Sulistyo dalam pembahasannya.

Puisi memandang alam itu dengan sangat personal, imbuh penyair dari Ampenan itu. “Kalau kalian mencintai orang dengan sungguh-sungguh, kalian akan mampu merawatnya dengan penuh waktu tanpa memikirkan alasan apapun. Seperti itulah puisi bekerja,” imbuhnya.

Diskui publik ini diikat dengan konsep timbal-balik, yakni dimana ada sesi tanya-jawab. Setelah pemateri memberikan pemantik tema berupa materi berbentuk resume, audiens akan bertanya dan memberikan tanggapan.

“Puisi seperti membangun cinta yang khusus terhadap alam itu sendiri. Seperti memanusiakan alam, dengan begitu kita melakukan kegiatan konservasi tidak hanya menanam pohon saja, tapi juga merawatnya lebih intens lagi, seperti anak sendiri,” pendapat salah satu audiens di diskusi itu.

Berikutnya, diskusi selesai pada pukul 17.30 WITA. “Semoga kegiatan-kegiatan seperti ini menjadi pemantik kepada seluruh pemuda Aikmel untuk pemuda-pemuda Aikmel dalam mengembangkan Literasi,” harap Nisa Ariesta, S. Pd dalam penutupannya.